Kamis, Agustus 18, 2016

Pondasi Bendungan

Berdasarkan jenis batuan yang membentuk lapisan pondasi, pondasi bendungan dapat dibedakan kedalam 3 (tiga) jenis yaitu:
- pondasi batuan,
- pondasi pasir dan kerikil
- pondasi tanah.

Masing-masing pondasi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda.

a. Pondasi batuan (rock foundation)
Merupakan pondasi dengan daya dukung yang baik, walaupun kadang-kadang terdapat pelapukan-pelapukan pada lapisan atasnya.

Contoh pondasi batuan pada Bendungan Wadas Lintang, Kebumen

Kelebihan :
  • Daya dukung umumnya baik atau kokoh tergantung kekerasan material penyusun, tingkat pelapukan, tingkat kompaksi, dan jenis groutingnya.
  • Kekedapan umumya baik atau kedap tergantung angka pori, permeabilitas dan jarak/spasi retakan dan kekarnya.
  • Material galian dapat dimanfaatkan sebagai bahan urugan (random batu atau random tanah).


Kekurangan :
  • Sifat massa yang keras sehingga harus digali dengan cara peledakan (blasting).
  • Sering dijumpai cacat batuan bawaan (defects) yaitu berupa kekar-kekar (joints), retakan (cracks) dan rekahan (fissures), juga rongga (cavities) pada batuan gamping.
  • Bidang-bidang diskontinuitas seperti lipatan (fold), patahan / sesar (fault) dan ketidak selarasan (unconformity) sering merupakan zona lemah (weak zone) dalam stabilitas maupun sifat lulus airnya (permeabilitas).


b. Pondasi pasir dan kerikil (sand & gravel foundation)
Biasanya mempunyai kekuatan geser yang lebih tinggi dibandingkan kekuatan geser tubuh bendungan, sehingga cukup memenuhi persyaratan. Umumnya mempunyai permeabilitas yang cukup tinggi/porus, sehingga diperlukan suatu perbaikan khusus untuk meningkatkan kekedapannya.

Pondasi pasir kerikil pada sebagian besar penampang Bendungan Wlingi, Blitar

Kelebihan :
  • Daya dukung tergantung distribusi batuan penyusun/gradasi, kandungan partikel halus, kerapatan massa (densitas) dan stratifikasinya, namun umumnya cukup baik.
  • Kuat geser baik dan bahkan lebih tinggi dibanding kuat geser tubuh bendungannya..
  • Galian pondasi berupa sirtu dapat diseleksi sebagai bahan urugan dan agregat campuran beton.


Kekurangan :
  • Bersifat lulus air sehingga perlu pengendalian rembesan yang baik.
  • Rembesan yang tidak terkendali dapat menyebabkan kebocoran (leakage), erosi buluh (piping/quick sand) dan sembulan pasir (sand boiling). Didaerah rawan gempa sering terjadi likuifaksi (liquefaction).
  • Pada pelaksanaan konstruksi perlu penurunan muka air tanah rembesan air tanah (dewatering) yang intensif dan menerus.


C. Pondasi Tanah
Dalam hal pondasi bendungan terletak di atas tanah terutama tanah lunak akan menghadapi masalah penurunan dan longsoran selama pelaksanaan pembangunannya.

Berdasarkan umur geologis dan daya dukung, tanah ini dapat dikelompokkan menjadi :
  • Tanah tua (paleo soil), berumur Tersier ke bawah, memiliki : kepadatan, kekedapan dan kuat geser cukup tinggi.
  • Tanah muda (young soil = aluvial), berumur Kwarter, belum terkonsolidasi sempurna, daya dukung rendah. Di beberapa lokasi memiliki kandungan mineral lempung dengan sifat mengembang (swelling) dan sifat burai (slaking) tinggi, baik oleh udara (air slaking) maupun oleh air (water slaking).
  • Tanah lunak (soft soil), berumur Kwarter, tidak terkonsolidasi baik, kuat geser rendah dan sifat kompresibilitas tinggi.
  • Kuat geser untuk tanah lempung lunak: 12,5~25 kN/m2, N-SPT 3~5; untuk tanah lempung sangat lunak <12 .="" kn="" konus="" lanauan="" li="" m2="" n-spt="" pasiran="" perlawanan="" qc="" sondir="" tanah="" untuk="">

Contoh pondasi tanah pada Bendungan Delingan, Karanganyar

Kelebihan :
  • Umumnya kedap air karena tersusun oleh komponen lanau (silt) dan lempung (clay).
  • Penggalian lebih mudah karena lunak.

Kekurangan :
  • Kuat dukung dan kuat geser tergolong rendah, kadang-kadang lebih rendah dari tubuh bendungan yang didukungnya.
  • Pondasi di tanah muda dan lunak hanya cocok untuk bendungan rendah.
  • Pekerjaan penimbunan perlu waktu yang panjang, karena rawan terhadap penurunan (settlement), pengangkatan (upheaving), pergerakan kearah horisontal (squeezing) pada kaki bendungan, perlu mempertimbangkan proses konsolidasi dan disipasi air pori yang diperlukan guna tahapan penimbunan berikutnya.

Tidak ada komentar: